Beberapa tahun belakangan ini, berbagai reaksi muncul
terkait dengan penawaran saham perdana (IPO) perusahaan-perusahaan teknologi
berbasis internet, seperti Linkedin, Groupon, Zynga, dan Yelp, yang tidak
semuanya diawali dengan sebuah kesuksesan.
Dengan kapitalisasi pasar awal tinggi,
harga saham perdana yang ditetapkan pada IPO beberapa waktu lalu dianggap
terlalu mahal oleh para analis, terutama karena penetapan valuasi awal Facebook
telah dipengaruhi faktor asumsi atas proyeksi pertumbuhan pendapatan yang
tinggi dalam lima tahun ke depan.
Namun demikian, secara jangka panjang, tidak diragukan
lagi bahwa Facebook berada dalam posisi yang kuat untuk memperluas jangkauan
globalnya sebagai situs jaringan sosial terbesar di dunia, dengan pengguna yang
hampir mencapai 1 miliar.
Menurut Phil Harpur, Senior Research Manager ICT Frost & Sullivan Australia, ketika
Facebook telah matang dari segi jumlah pengguna, dan tengah dihadapkan pada
persaingan yang semakin ketat dengan Google, Facebook masih tertinggal dalam
hal model bisnis periklanan yang merupakan sumber pendapatan terbesar.
“Facebook saat ini menghadapi kesulitan untuk
berkompetisi dengan Google yang memiliki platform iklan semakin matang dan
berkembang. Untuk memperoleh kepercayaan industri ini, Facebook harus
menggunakan lebih banyak waktu dan sumber dayanya untuk mengembangkan model
periklanannya secara lebih jauh. Terutama terkait dengan kejadian yang
baru-baru ini menimpa Facebook, di mana General Motors menarik anggaran
iklannya di Facebook sebesar $10 juta,” ungkap Harpur.
Ia menambahkan, “Di sisi lain, belum matangnya model
iklan online Facebook digabung dengan
jangkauan global yang luas, memberikan mereka potensi yang besar untuk tumbuh
dengan pertumbuhan pendapatan yang sangat tinggi dalam jangka waktu yang
panjang serta kemampuan untuk bersaing dengan Google dalam hal pendapatan
iklan. Google, di lain pihak, meskipun masih menunjukkan pertumbuhan yang solid
dalam pendapatan iklan, tidak lagi memiliki potensi pertumbuhan yang pesat
seperti Facebook karena platform iklannya yang telah matang,”
Audrey William, Head
of Research ICT Frost & Sullivan Australia dan New Zealand juga mengatakan,
sementara peluang untuk tumbuh terbuka lebar pasca penawaran
saham perdana, Facebook juga harus mewaspadai kemungkinan timbulnya
masalah privasi. Banyak pengguna Facebook yang mengeluhkan tentang pengaturan
privasi beberapa tahun belakangan ini dan sebagai akibatnya, banyak pengguna
yang kemudian meninggalkan Facebook.
“Sangat penting bagi Facebook untuk mengatasi masalah
privasi sehingga tidak harus berhadapan dengan pihak pemerintahan. Jika
kebijakan privasi ini tidak diperhatikan, permasalahan privasi dapat mengarah
pada pemblokiran total terhadap Facebook oleh pemerintah di sebuah negara,”
papar Audrey.
“Ada beberapa negara yang telah membatasi pengunaan bahkan memblokir Facebook, seperti China. Dengan demikian, regulasi di masing-masing negara terkait dengan undang-undang privasi adalah hal yang harus diperhatikan Facebook karena berpotensi menghambat pertumbuhan dan pendapatan mereka,” ungkap Audrey .
“Ada beberapa negara yang telah membatasi pengunaan bahkan memblokir Facebook, seperti China. Dengan demikian, regulasi di masing-masing negara terkait dengan undang-undang privasi adalah hal yang harus diperhatikan Facebook karena berpotensi menghambat pertumbuhan dan pendapatan mereka,” ungkap Audrey .
Facebook juga telah mulai mengeksplorasi model-model
bisnis baru dan peluang-peluang di area seperti belanja online, dengan cara yang sama dilakukan Google dalam
mendiversifikasi model bisnis awalnya dari sekedar perusahaan mesin pencari. Di
tahun-tahun mendatang, Frost & Sullivan memprediksi Facebook akan mengambil
lebih banyak langkah di area belanja online.
“Sejauh ini Facebook telah sukses membuat platform online mereka menjadi sangat interaktif
melalui aplikasi-aplikasi yang memungkinkan dilakukannya sharing media
seperti foto, konten, dan video. Akusisi Instagram oleh Facebook baru-baru ini
merupakan salah satu contoh bagaimana Facebook mentransformasi platformnya
menjadi one stop shop bagi kolaborasi dan komunikasi media sosial,” kata
Harpur.
“Penting bagi Facebook untuk melanjutkan strateginya
ini di tahun-tahun mendatang dan mengembangkan platform komunikasi yang lebih
kaya dimana penggunanya tidak hanya dapat mengirimkan pesan instan dan
melakukan panggilan, tapi juga memiliki akses ke fungsionalitas lain seperti
sesi konferensi video. Indikasi pasar saat ini menunjukkan bahwa Facebook
diperkirakan akan meraih kesuksesan dengan strategi tersebut untuk jangka waktu
yang panjang,” lanjutnya.
“Mahalnya harga saham pada perusahaan startup di
bidang teknologi seperti yang terjadi pada era gelembung dotcom pada 1998-2000
yang lalu diperkirakan akan berdampak jangka pendek pada penawaran saham
perdana Facebook baru-baru ini. Meskipun mengalami penurunan, harga saham
Facebook masih dapat dikatakan dalam batasan yang wajar,” ungkap Iwan Rachmat, Senior Consultant ICT Frost &
Sullivan Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar